Cari di Sini

Sabtu, 07 November 2009

Titik Panas Perubahan Global

Populasi yang terpaksa hijrah akibat perubahan lingkungan semakin bertambah.

Bangladesh

Rendahnya negeri Bangladesh dapat menggambarkan jumlah pengungsi akibat perubahan iklim di masa depan. Karena hampir setengah wilayah ini kurang dari 10 meter dati permukaan laut, luapan banjir lebih sering melanda seiring bertambahnya jumlah es yang mencair di Himalaya. Aktivitas siklon tropis sepertinya juga akan meningkat dalam waktu dekat, meluapkan sungai Padma (Gangga), Jamuna (Brahmaputra), dan Meghna yang seluruhnya berada di dalam negeri ini. Lebih dari sepertiga migran yang masuk ke Dhaka, ibukota Bangladesh, belakangan ini adalah pengungsi iklim. Hampir 80 persen persoalan Bangladesh timbul akibat erosi tanah yang dipicu oleh badai.



Gobi, China


Luas Gurun Gobi bertambah lebih dari 10.000 kilometer persegi setiap tahunnya akibat aktivitas pembajakan tanah dan penggembalaan yang berlebihan. Perluasan ini telah memaksa terjadinya penduduk dan mengancam ribuan desa lainnya di Provinsi Gansu, China, dan daerah otonomi Mongolia Dalam serta Ningxia Huizu. Populasi domba, kambing, dan sapi di China meningkat tiga kali lipat antara 1950-2002, sehingga berdampak sangat buruk terhadap kualitas tanah. Aktivitas merumput yang berlebihan oleh binatang-binatang ini dan meningkatnya penggunaan lahan untuk pertanian memungkinkan Gurun Gobi terus bertambah luas. Di Provinsi Gansu saja, sekitar 4.000 desa beresiko terkubur dalam pasir.



Alaska, AS

Peningkatan suhu global berdampak pada kehidupan ratusan penduduk desa-desa di Alaska yang telah-atau akan-dipaksa pindah. Bagian utara Alaska telah mengalami peningkatan suhu sebesar 3 derajat Celcius dalam beberapa puluh tahun terakhir, mengakibatkan pencairan es dan permafrost. MEncairnya permafrost berbahaya bagi kekuatan fondasi rumah. Mencairnya lapisan es bisa membuat sungai-sungai bergerak ke arah pedesaan dan meningkatkan permukaan air. Lenyapnya es laut yang berfungsi sebagai pelindung berarti gelombang pasang yang lebih tinggi, mengganasnya badai, dan erosi di desa-desa pesisir, khususnya yang berada di pulau-pulau penghalang.



Tuvalu

Negara pulau di Pasifik yang permukaannya rendah ini sangat rentan terhadap naiknya permukaan laut. Mengganasnya badai tropis, membuat keberadaan banyak rumah terancam oleh gelombang ombak. Luapan dan genangan air laut yang disebabkan oleh meningginya air pasang telah berdampak pada lubang-lubang tempat ditanamnya talas, makanan pokok penduduk kepulauan tersebut. Penyakit-penyakit tropis yang semakin sering menyerang diperkirakan timbul karena suhu yang semakin tinggi dan semakin luasnya area genangan air. Walaupun untuk menenggelamkan seluruh Tuvalu lempeng-lempeng es di Greenland dan Antartika harus terlebih dahulu mencair, pemerintah negara ini telah mulai menjajaki pilihan untuk merelokasi penduduknya.



Haiti

Pembabatan hutan dan penurunan kualitas tanah membuat banyak warga Haiti melarikan diri ke Republik Dominika atau Amerika Serikat. Pembabatan hutan membahayakan dua kebutuhan dasar Haiti: pertanian berkesinambungan dan energi berbasis kayu. Meningkatnya aktivitas badai tropis semakin memicu migrasi lingkungan. Pada musim panas 2008, tiga badai besar menghantam Haiti, membinasakan lebih dari 500 orang dan membuat sekitar satu juta jiwa menjadi tunawisma. Dengan pendapatan domestik bruto terendah di belahan Bumi bagian barat, sangat sedikit yang bisa dilakukan Haiti untuk menyelesaikan krisis ini.



Sumber: National Geographic Indonesia: Detak Bumi, Edisi Spesial

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apakah anda setuju bahwa pemanasan global memang sedang terjadi?

Powered By Blogger